Biografi Ketua Umum
Partai NasDem (3)
Kontroversi Kader Golkar
Bila
ada yang keliru menilai Surya, mungkin disebabkan sulitnya memisahkan antara
idealisme dan latar belakang politiknya sebagai kader Golkar yang
kontroversial. Sebab idealisme Surya selalu mewarnai karakter karya jurnalistik
Prioritas yang secara diametral sangat bertentangan dengan iklim rezim Presiden
Republik Indonesia Kedua (1966-1988), Orde Baru yang dilahirkan dan ditopang
Golkar.
Idealisme
itu adalah, menegakkan nilai-nilai demokrasi dalam bingkai wawasan kebebasan
pers. Surya menyadari kebebasan pers bukanlah kebebasan absolut tanpa nilai.
Kebebasan pers harus diwujudkan sebagai sikap kritis yang rasional,
proporsional, dan profesional tanpa membenci atau memusuhi pihak manapun.
Surya
selalu menempatkan diri sebagai sahabat bagi setiap orang. Namun bersamaan itu
dia mendefinisikan pula bahwa sahabat sejati adalah sahabat yang bersikap
kritis, berani mengungkapkan kebenaran dan keadilan walau terasa pahit.
Demikian pula pers yang dia pimpin, sebagai sahabat yang baik, pers harus tetap
kritis terhadap kekuasaan dalam rangka menegakkan kebenaran dan keadilan.
Itulah
yang mewarnai karya-karya jurnalistik Prioritas dengan rubrik andalan Selamat
Pagi Indonesia, yang selalu ditunggu-tunggu pembaca sebab gaya penyajiannya
yang satir serta cenderung sarkastis dan kerap menyoroti fenomena aktual yang
ada. Prioritas sesungguhnya merupakan refleksi pemikran seorang Surya dalam
melihat bangsanya.
Duet
wartawan senior Nasrudin Hars dan Panda Nababan merupakan kunci sukses
Prioritas yang mampu menerjemahkan gagasan, pemikiran serta idealismenya ke
dalam karya-karya jurnalistik. Setelah menjadi publisher sejati dia masih tetap
menjadi sahabat kekuasaan lewat duet Media Indonesia dan Metro TV yang dimiliki
untuk menyoroti fenomena faktual yang ada.
Surya
Paloh memang kental dengan atmosfir kontroversial baik saat berbisnis maupun
berpolitik, atau saat keduanya diayunkan bersamaan. Untuk memperjuangkan proses
tender secara fair di PT Pupuk Kaltim, misalnya, karena Indocater miliknya
dikalahkan, Surya harus menggebrak James Simanjuntak, Direktur utama Pupuk
Kaltim. Alasan kalah, Indocater tidak mempunyai jaminan modal yang memadai
untuk mengikuti tender.
Surya
lalu bergegas menghadap Omar Abdallah, Direktur Utama BBD untuk memperoleh bid
bond atau jaminan tender senilai Rp 500 juta, sebab dua hari sebelumnya
permintaan serupa telah ditolak BBD Cabang Cikini karena dianggap Indocater
tidak kapabel untuk menangani proyek tersebut.
Karena
itu, begitu bid bond diperoleh Surya yang di tahun 1980 itu sebagai Ketua Umum
FKPPI mengirimi James karangan bunga mawar setinggi 1,5 meter yang ditempel
sepenggal kalimat dalam kertas berkop MPR, "Bung James Simanjuntak, semoga
sukses. Merdeka!" James akhirnya melakukan tender ulang dan memenangkan
Indocater.
Langkah
kontroversialnya di politik dan bisnis pers lebih banyak lagi. Bukan sekali dua
kali Media Indonesia yang dipimpinnya diancam dibredel. Atau karena
keteguhannya menegakkan kebenaran dan demokrasi Surya harus dicari-cari aparat
keamanan bahkan suatu ketika nyawanya terancam.
Rekaman
sepak-terjangnya di Jakarta sebagai anak bangsa antara lain mencatat, sebagai
Ketua BPP Hipmi Pusat tahun 1977-1979, mendirikan FKPPI tahun 1978, Ketua Umum
PP-FKPPI tahun 1979-1981 dan tahun 1981-1983, Anggota Dewan Pertimbangan DPP
Pepabri tahun 1982-1984, Ketua DPP AMPI tahun 1984-1989, Ketua Dewan Pertimbangan
PP-FKPPI tahun 1984-1987, Ketua Dewan Kehormatan BPP Hipmi tahun 1984-1987, Anggota
Dewan Pembina DPP AMPI tahun 1989 sampai sekarang, Pengurus PB Gabsi tahun 1998
hingga sekarang, Anggota Dewan Pers tahun 1999 sampai sekarang, dan Ketua SPS
Pusat tahun 1999 hinggga sekarang.
Di
kelembagaan legislatif, Surya Paloh pada tahun 1971 tercatat sebagai Calon
Anggota DPRD Tingkat II Medan dari Golkar, lalu sebagai Anggota MPR pada tahun
1977-1982 dan kembali menjadi Anggota MPR tahun 1982-1987. Terakhir, pada tahun
1987 sebagai Calon Anggota MPR/DPR RI dari Golkar namun urung dilantik setelah
Prioritas koran miliknya dibredel.
Pembredelan
inilah puncak sekaligus awal kontroversi politik Surya, yang membawanya ke
sebuah vonis kematian perdata dan hak-hak politik dalam waktu lama sampai
terbetik gagasan memunculkan Konvensi Presiden Partai Golkar. Sebagai salah
satu pencetus gagasan konvensi Surya lalu membangunkan sendiri dirinya untuk
ikut bertarung sebagai salah seorang kandidat calon presiden dari Partai
Golkar.
Itulah
Surya Paloh. Pandangan politiknya yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai
demokrasi sangat mewarnai sikap dan kebijakannya ketika terjun dalam dunia pers
sebagai publisher. Posisi politiknya dalam lingkaran kekuasaan tidak serta
merta menghanyutkan dirinya dalam kompromi sungguhpun dia akan menghadapi
risiko tudingan sebagai pembangkang atau mungkin penghianat. Sepak terjangnya
dalam pentas politik nasional sebagai kader Golkar dimulai dari bawah. Sehingga
dia merasakan betul arti sebuah perjuangan dan keberhasilan.
Keberhasilannya
dalam dunia bisnis, misalnya, terlihat di PT Indocater yang merupakan
perusahaan katering terbesar dan terbaik di Indonesia dengan 4.000-an karyawan.
Setelah membangun usaha di tahun 1975 dengan bendera PT Ika Mataram Coy, baru
berselang empat tahun kemudian dia membeli penuh saham PT Indocater yang lalu
diangkatnya menjadi mesin pencetak uang yang menguntungkan.
Keuntungan
itu digunakannya untuk ekspansi usaha termasuk menjajal bisnis pers dengan
mendirikan Prioritas dan PT Surya Persindo. Surya bukan tidak mendapat tantangan
terjun ke bisnis pers sebab telah jauh lari dari core business katering,
terutama dari para manajer puncak Indocater. "Negeri ini masih memerlukan
suatu suara yang dicetuskan lewat media cetak. Ini penting, sebagai alat
perjuangan bangsa Indonesia dalam menyuarakan hati nurani,' jelas Surya kepada
Lily Harahap yang tegas-tegas menentang langkah Surya.
"Justru
kita harus melahirkan Prioritas agar tidak ada lagi koran yang dibredel,"
tambahnya. "Jadi, supaya bisnis dan juga hati nurani saya bisa berjalan
beriringan, kita gunakan dulu keuntungan Indocater untuk menerbitkan
Prioritas," lanjut Surya. Lily akhirnya sadar bahwa Surya berwatak sangat
independen dan tak mudah didikte.
Surya
seperti menemukan dunianya yang sesungguhnya. Dia terus membangun reputasi
sebagai publisher, lebih enjoy dan tertantang mengurusi bisnis pers, sementara
pengelolaan katering Indocater diserahkan sepenuhnya ke profesional sejak
pertengahan dekade 1980-an.
Surya
sebagai pengusaha sukses, kini sudah mempunyai aset dalam hitungan trilyun
rupiah. Rekaman sepakterjang bisnisnya di Jakarta mencatat deretan cukup
panjang. Intinya antara lain adalah, Metro TV, Media Indonesia, Lampung Pos,
Intercontinental Hotel Jimbaran, Sheraton Media Hotel Jakarta, Papandayan Hotel
Bandung, Sun Plaza Medan, Indocater, dan sejumlah perusahaan marmer, kabel,
komputer dengan jumlah karyawan 15.000 orang.
Perjalanan
Surya dalam bisnis sesungguhnya tak selalu mencatat keberhasilan. Dia
menorehkan pula sejumlah kegagalan. Dan justru di sinilah dia banyak menimba
pengalaman serta menambah kematangan diri sebagai pengusaha muda. Dia
menggeluti dunia bisnis dari bawah secara otodidak tanpa uang sesen pun,
kecuali hanya bermodalkan pergaulan dan kepercayaan.
Konvensi Partai Golkar
Partai
Golkar yang dalam beberapa tahun terakhir (era reformasi) ini sering dikritik
dan dihujat, karena dianggap merupakan bagian dari masa lalu, adalah partai pilihannya
sejak muda, awal berpolitik. Sedikit banyak dia pernah memberi kontribusi demi
kebesaran Golkar. Kendati dia sebagai penerbit pers juga mengalami pemberedelan
karena kritik-kritiknya yang sering tidak disukai penguasa ketika itu. Karena
itu, pilihannya maju sebagai kandidat presiden dari Partai Golkar
dimaksudkannya pula sebagai upaya untuk menyelamatkan partai kebanggaannya itu
dari hantaman para penentang.
Surya
Paloh memilih Partai Golkar kendaraan menuju kandidat calon RI-1 karena selama
35 tahun berpolitik itulah satu-satunya partai yang pernah dia singgahi. Dia
sudah cukup senior semenjak berusia 17 tahun. Mungkin tidak banyak yang tahu,
bahwa Surya salah satu kader yang paling senior hingga Nomor Pokok Anggota
Golkar (NPAG) miliknya lebih tua usianya dibanding sang ketua umum sendiri,
Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Akbar Tandjung. Dan sekalipun partai berikut
ketua umumnya dalam pandangan orang dianggap bermasalah, namun sebagai kader
senior Golkar, kondisi tersebut justru sangat menantang baginya untuk semakin
berkiprah dalam Golkar. Dia adalah kader yang dibesarkan sekaligus pernah pula
dikucilkan oleh Golkar saat hak-hak perdatanya dicaplok.
Oleh
Golkar, Surya saat masih berusia 19 tahun sudah dicalonkan sebagai caleg DPRD
Tk. II Medan pada Pemilu 1971. Ketika itu, secara elegan akhirnya dia mundur
dari pencalonan sadar jam terbangnya sebagai politisi muda masih harus
ditambah. Surya mundur untuk sekaligus menaikkan target ke Senayan berebut
kursi DPR/MPR.
Di
kemudian hari terbukti saat dicalonkan kembali menjadi anggota DPR/MPR RI, dia
akhirnya tembus ke Senayan Jakarta, menjadi anggota MPR RI saat usia masih
sangat belia, 25 tahun. Demikian pula di usia 30 tahun terpilih kembali ke MPR.
Walau sudah matang sebagai politisi muda yang pantas diperhitungkan di pentas
politik nasional, dalam usianya sudah 35 tahun, pada Pemilu 1987 Surya tetap
dicalonkan namun urung dilantik karena Prioritas, koran yang dipimpinnya
dibredel.
Total,
sebagai kader senior Golkar sedikit-dikitnya sudah lima kali Pemilu dia
dicalonkan menjadi anggota legislatif. Era reformasi yang membuka kesempatan
pemilihan presiden secara langsung, memantik kreatifitasnya mencetuskan gagasan
Konvensi Calon Presiden Partai Golkar. "Ini, kita lahirkan, lalu kita
perjuangkan untuk bisa diterima oleh Partai Golkar," ujarnya.
Gagasan
memperjuangkan eksistensi Golkar sering dibicarakannya. Di antaranya dalam
percakapan dengan Akbar tandjung di awal tahun 2001. Surya menyebutkan,
"Yang terpenting, saya kira, sudah saatnya Bung Akbar lebih tegas. Euforia
politik yang berlebihan, seperti terus menerus menghujat Golkar, sudah harus
diakhiri. Semua orang prihatin terhadap peristiwa perusakan dan pembakaran
kantor DPD Golkar di Jawa Timur. Saya benar-benar sedih. Karena proses
reformasi yang seharusnya dapat memperkuat pilar-pilar demokrasi, justru
dirusak dengan tindakan anarkistis."
Sebagai
penggagas Konvensi Capres Golkar, dia pun ikut mencalonkan diri. "Kita
ikut. Ini satu proses pendidikan politik di Partai Golkar sendiri. Saya yakin juga,
ini akan memberikan refleksi yang berarti kepada partai politik lainnya dan
masyarakat pada umumnya," ujarnya.
Mengikuti
konvensi, baginya sama sekali tidak mesti mendapatkan jabatan presiden itu.
Tetapi juga merupakan suatu proses pendidikan politik dan peningkatan citra
Golkar. "Di situ ada nilai yang harus kita berikan, sacrifice dari diri
kita, pengorbanan. Tidak melihat kekuasaan sebagai sesuatu yang luxurious yang
harus kita timang-timang dan kita pertahankan sepanjang masa. Sebaliknya, kalau
kita tidak mendapatkan jabatan itu, tetaplah kita seperti apa adanya
sekarang."
No comments:
Post a Comment